Oleh : Solihah Dwi Purwanti, S. Pd.
Guru Kelas IV SDN 1 Glintang, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Kemampuan dalam matematika tidak hanya diperlukan di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari (Sukendra, 2020) Salah satu konsep matematika yang menjadi dasar dalam banyak situasi kehidupan adalah pembagian. Pembagian memungkinkan kita untuk membagi sumber daya, mengatur distribusi, dan memecahkan masalah dengan lebih efisien.

Meskipun pembelajaran matematika adalah hal yang penting, kenyataannya banyak peserta didik kelas IV SDN 1 Glintang, Sambi, Boyolali yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembagian. Jumlah murid kelas IV SDN 1 Glintang adalah 13 siswa, terdiri dari laki-laki 4 siswa,yang perempuan 9 siswa. Beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut diantaranya  adalah: 1) Pembagian merupakan konsep matematika yang lebih abstrak dibandingkan dengan operasi aritmatika lainnya, seperti penjumlahan atau pengurangan. Peserta didik seringkali kesulitan untuk mengaitkan pembagian dengan situasi dunia nyata, sehingga memahaminya menjadi sulit. 2) Pembelajaran matematika yang masih mengandalkan metode pengajaran konvensional, seperti ceramah dan drill latihan, dapat membuat peserta didik merasa kurang terlibat dan kurang bersemangat dalam belajar matematika. 3) Tanpa keterkaitan dengan kehidupan nyata, peserta didik cenderung menganggap materi pembagian sebagai sesuatu yang tidak relevan dan sulit dihubungkan dengan kebutuhan sehari-hari mereka. 4) Beberapa peserta didik cenderung mengandalkan menghafal rumus atau prosedur tanpa memahami konsep di baliknya, sehingga sulit untuk mengaplikasikan pembagian dalam situasi yang berbeda.

Menghadapi permasalahan tersebut, penulis sebagai guru kelas IV SDN 1 Glintang mencoba menerapkan Model Realistic Mathematical Education (RME) pada pembelajaran matematika materi pembagian. Melalui penerapan pendekatan RME, pembelajaran matematika diharapkan dapat lebih menarik, relevan, dan membantu peserta didik untuk memahami konsep pembagian dengan lebih baik. selain itu, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pemahaman matematika yang mendalam dan memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan pembagian dalam situasi dunia nyata.

Model RME atau Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pembelajaran matematika yang menempatkan pengalaman nyata atau situasi dunia nyata sebagai titik tolak dalam mengajarkan konsep matematika. Pendekatan ini dikembangkan oleh Prof. Dr. Jan de Lange dari Universitas Utrecht, Belanda, dan bertujuan untuk mengubah cara siswa belajar matematika dengan menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Pendekatan RME menekankan pentingnya konteks dan relevansi dalam pembelajaran matematika. Para siswa diajak untuk berpikir kreatif, mengajukan pertanyaan, dan menemukan konsep matematika melalui eksplorasi dan diskusi dalam konteks yang nyata dan akrab bagi mereka. Tujuan utamanya adalah membantu siswa memahami konsep matematika secara lebih mendalam dan melihat bagaimana matematika berperan dalam memahami dan mengatasi situasi dalam kehidupan sehari-hari (Rodiyana, 2019)

Beberapa prinsip utama dalam Model RME adalah: 1) Konteks Realistik: Matematika diajarkan melalui situasi dunia nyata atau masalah yang relevan bagi siswa. 2) Konstruktivisme: Siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan matematika mereka melalui eksplorasi, diskusi, dan pemecahan masalah secara aktif. Mereka diajak untuk mencari solusi sendiri dan membangun pemahaman mereka sendiri. 3) Pemahaman Konsep: Fokus utama adalah pada pemahaman konsep matematika yang mendalam, bukan hanya pada perolehan hasil atau teknik perhitungan semata. 4) Interaksi Sosial: Kegiatan diskusi kelompok dan interaksi sosial di dalam kelas ditekankan untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik melalui pembelajaran kolaboratif. 5) Representasi: Guru menggunakan berbagai representasi matematika, seperti gambar, diagram, manipulatif, dan cerita, untuk membantu siswa memvisualisasikan konsep matematika. 6) Pengalaman Pribadi: Siswa diberdayakan untuk menghubungkan matematika dengan pengalaman pribadi mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan minat mereka dalam mempelajari matematika (Wijaya, 2012:37)

Berikut implemantasi model RME untuk materi pembagian pada peserta didik kelas IV SDN 1 Glintang. 1) Pendahuluan. Guru memulai pelajaran dengan memperkenalkan topik pembagian secara singkat dan menyatakan tujuan pembelajaran. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang pengalaman mereka dalam membagi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Guru memotivasi peserta didik dengan menggambarkan pentingnya pembagian dalam kehidupan sehari-hari, seperti membagi makanan, mainan, atau waktu. 2) Eksplorasi Konteks Nyata. Guru memperkenalkan situasi dunia nyata yang relevan dengan pembagian, yaitu, pembagian kue di antara beberapa teman, pembagian biji-bijian di ladang, atau pembagian waktunya untuk melakukan tugas-tugas harian. Peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok diberikan satu situasi nyata untuk dieksplorasi. Setiap kelompok berdiskusi dan mencari cara-cara untuk menyelesaikan masalah pembagian dalam konteks yang diberikan.

3) Penjelajahan Konsep. Setelah eksplorasi, setiap kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka tentang bagaimana mereka melakukan pembagian dalam situasi yang diberikan. Guru memfasilitasi diskusi mengenai strategi yang digunakan oleh setiap kelompok dan mengaitkannya dengan konsep matematika pembagian. Guru membimbing peserta didik untuk mengidentifikasi pola-pola dan aturan-aturan yang mendasari proses pembagian. 4) Aktivitas Pendukung. Peserta didik bekerja secara individu atau dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan beberapa latihan pembagian berbasis konteks nyata. Guru memberikan umpan balik positif dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan.

5) Aplikasi dalam Konteks Nyata. Peserta didik diminta untuk mencari lebih banyak contoh dari kehidupan nyata di sekitar mereka yang melibatkan pembagian, misalnya, pembagian uang jajan, pembagian bahan makanan di rumah, dan lain sebagainya. Peserta didik diminta untuk mengaplikasikan konsep pembagian yang telah dipelajari untuk menyelesaikan situasi-situasi tersebut. 6) Penutup. Guru mengajukan beberapa pertanyaan reflektif untuk mengukur pemahaman peserta didik tentang materi pembagian. Guru memberikan ringkasan singkat tentang pembelajaran hari ini dan mengkaitkannya kembali dengan tujuan pembelajaran. Guru memberikan umpan balik keseluruhan tentang partisipasi dan kemajuan peserta didik selama pelajaran.

Implementasi model RME dalam pembelajaran materi pembagian pada peserta didik kelas IV SDN 1 Glintang telah membuktikan diri sebagai pendekatan pembelajaran yang efektif dan menarik. Model RME membantu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang konsep pembagian dengan mengaitkannya dengan situasi dunia nyata, sehingga materi pembelajaran menjadi lebih relevan dan mudah dipahami. Selama proses pembelajaran, peserta didik aktif terlibat dalam eksplorasi konteks nyata, berdiskusi, dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah pembagian. Hal ini mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, mengembangkan kreativitas, dan mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, penerapan model RME dalam pembelajaran matematika pada materi pembagian di SDN 1 Glintang dapat menjadi contoh yang baik untuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan konteks nyata. Model ini memberikan potensi untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan menginspirasi peserta didik untuk lebih menyukai dan menguasai konsep matematika dengan lebih baik.