Oleh: Juwariyah , S.Pd
Guru SDN 01 Jantiharjo, Karanganyar, Jawa Tengah
Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan dasar pemahaman matematika dan perkembangan kognitif peserta didik. Penjumlahan dan pengurangan adalah konsep dasar dalam matematika. Pemahaman yang baik tentang konsep ini menjadi landasan bagi pemahaman konsep-konsep matematika yang lebih kompleks di tingkat yang lebih tinggi (Nabila, 2021) Kemampuan berhitung yang kuat merupakan keterampilan esensial dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berhitung dasar yang diperlukan dalam berbagai situasi, seperti berbelanja, mengatur keuangan, atau mengukur benda. Konsep penjumlahan dan pengurangan melibatkan berpikir logis dan analitis. Peserta didik harus menganalisis masalah, mengidentifikasi pola, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Penjumlahan dan pengurangan juga merupakan operasi matematika yang sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat mengalami langsung bagaimana konsep ini relevan dalam situasi kehidupan nyata, seperti berbagi makanan, menghitung uang, atau mengatur waktu.
Namun, berdasarkan hasil observasi awal sebagain besar peserta didik kelas 2 SDN 01 Jantiharjo, Karanganyar kesulitan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan apalagi bila dihadapkan dengan soal cerita. Beberapa peserta didik kesulitan dalam memvisualisasikan proses penjumlahan dan pengurangan. Mereka tidak mampu membayangkan bagaimana jumlah atau jumlahnya berkurang seiring proses pengurangan. Peserta didik yang belum memiliki pengalaman praktis dengan situasi yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan kesulitan dalam menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. untuk mengatasi masalah tersebut, penulis sebagai guru kelas 2 SDN 01 Jantiharjo menggunakan metode cerita untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Metode cerita adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan cerita atau situasi dalam kehidupan sehari-hari untuk mengajarkan konsep matematika. Dalam hal ini, metode ini difokuskan pada penjumlahan dan pengurangan. Cerita-cerita yang digunakan biasanya melibatkan situasi di mana penjumlahan (menambahkan) atau pengurangan (mengurangkan) jumlah benda atau bilangan diperlukan. Cerita-cerita ini bertujuan untuk membuat konsep matematika lebih konkret, relevan, dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Metode cerita bertujuan untuk mengajarkan peserta didik tentang konsep penjumlahan dan pengurangan dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna. Dengan mengaitkan konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari, peserta didik diharapkan dapat: 1) Lebih mudah memahami dan merespons konsep penjumlahan dan pengurangan. 2) Melihat bagaimana matematika dapat digunakan dalam kehidupan nyata. 3) Menerapkan konsep penjumlahan dan pengurangan dalam situasi-situasi nyata. 4) Meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika secara keseluruhan (Hermawan, 2016)
Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan metode cerita yang dilakukan penulis di kelas 2 SDN 01 Jantiharjo diawali dengan kegiatan guru memulai pelajaran dengan membahas pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Guru merangsang minat peserta didik dengan pertanyaan, misalnya: “Kalian tahu kapan kita menggunakan penjumlahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari?” Guru memulai membacakan cerita pendek yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan. Peserta didik diminta untuk mendengarkan cerita dan mencatat bagian-bagian yang melibatkan penjumlahan atau pengurangan. Guru memimpin diskusi tentang cerita yang telah dibacakan. Guru mengajukan pertanyaan seperti: “Berapa total makanan yang dibeli tokoh dalam cerita? Berapa sisa kembalian yang mereka terima?”
Aktivitas Kelompok. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberikan cerita pendek yang berbeda yang juga melibatkan penjumlahan dan pengurangan. Masing-masing kelompok membaca cerita mereka dan mengidentifikasi bagian-bagian yang melibatkan operasi matematika. Mereka menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan yang terjadi dalam cerita tersebut. Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan cerita mereka dan menjelaskan bagaimana penjumlahan atau pengurangan diterapkan dalam konteks cerita. Guru dan peserta didik lain dapat memberikan umpan balik atau bertanya tentang detail cerita dan operasi matematika yang dilibatkan. Guru memberikan beberapa contoh masalah penjumlahan dan pengurangan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di papan tulis. Peserta didik diminta untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut secara individu.
Evaluasi dan Refleksi. Guru memberikan umpan balik positif terkait jawaban peserta didik pada masalah penjumlahan dan pengurangan. Guru mengajukan pertanyaan reflektif, “Bagaimana kalian merasa setelah belajar tentang penjumlahan dan pengurangan dalam konteks cerita?”Guru merangkum pelajaran dengan menekankan pentingnya memahami konsep penjumlahan dan pengurangan dalam situasi nyata. Guru mengajak peserta didik untuk menerapkan pengetahuan matematika mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Metode cerita dapat menjadi pendekatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik kelas 2 SDN 01 Jantiharjo dalam melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Dalam metode ini, cerita atau situasi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk mengajarkan konsep matematika, khususnya penjumlahan dan pengurangan. Dengan mengaitkan konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari, peserta didik diharapkan dapat lebih mudah memahami dan merespons konsep penjumlahan dan pengurangan, melihat bagaimana matematika dapat digunakan dalam kehidupan nyata, menerapkan konsep penjumlahan dan pengurangan dalam situasi-situasi nyata, dan meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika secara keseluruhan. Oleh karena itu, metode cerita dapat menjadi alternatif yang efektif dalam pembelajaran matematika, khususnya untuk konsep penjumlahan dan pengurangan.